ARTIKEL

PKS Menang Banyak

Dari awal terbentuk hinggsa saat ini, PKS di anggap sebagai partai yang bisa berbicara banyak di parlement. Perolehan suara mereka dalam periode pemilu cukup bagus kenaikannya. Hanya tahun 2014 PKS menurun suaranya, di pemilu 2019 mereka kembali ke trend semula.

Sejak didirikan pada 1998, PKS (awalnya bernama Partai Keadilan) selalu lolos masuk DPR.

Pemilu pertama yang diikuti partai tersebut adalah pada 1999. Saat itu Partai Keadilan memperoleh 1,36% suara nasional sehingga berhak atas 7 kursi Dewan. PK berada di posisi ketujuh.

Partai Keadilan kemudian harus mengubah nama setelah berlakunya UU No 3 Tahun 1999 tentang Pemilu. Waktu itu ada syarat minimal harus memiliki 2% suara mengikuti pemilu periode selanjutnya atau pada 2004. PK menjadi PKS pada 2003.

Di Pemilu 2004, PKS mendapat 7,34% dan menduduki peringkat ke-6. Sebanyak 45 kadernya duduk di kursi Dewan dan Hidayat Nur Wahid terpilih menjadi Ketua MPR. Hidayat pun mundur dari posisi Presiden PKS, yang kemudian digantikan Tifatul Sembiring.

Pada Pemilu 2009, peringkat PKS makin naik. PKS menduduki peringkat ke-4 dengan perolehan 7,88% suara nasional. PKS mendapat 57 kursi DPR.

Perolehan suara PKS sedikit menurun pada Pemilu 2014. PKS mendapat 6,79% suara nasional saat itu dan berada di peringkat ke-7. PKS mendapat 40 kursi DPR atau 7,1% dari total kursi.

Memasuki pemilu 2019, banyak pendapat yang mengatakan PKS akan susah lolos ambang batas 4%. Semuanya akibat ulah lembaga survey yang membuat daftar partai yang diprediksi tidak lolos Presidential Treshold 4%.

Dalam survei LIPI pada 19 April-5 Mei 2018, PKS hanya mendapat 3,7% suara responden.

Ada pula survei LSI Denny JA pada 28 April-5 Mei 2018 yang memperlihatkan perolehan suara PKS 2,20%. Namun pada survei Poltracking Indonesia, 27 Januari-3 Februari 2018, suara PKS adalah 4,6%, sehingga masih memungkinkan lolos ke DPR.

Menanggapi hasil survey itu, seorang Fahri Hmazah diminta tanggapannya.

“Menurut saya, PKS ini tidak ada masa depannya. Karena itu, wajar kalau orang menarik diri dari sana dan wajar kalau prediksinya nggak lolos threshold.”

“Mungkin inilah umur PKS 20 tahun, selesai tahun inilah. Kan kita dulu deklarasi 1998, ini 2018, mungkin ini innalillahiwainnailaihirojiun,” ujar Fahri lagi.

FAKTA PKS di 2019

Pemilu 2019 perolehan suara PKS mencapai 8,21 persen suara. Sementara, perolehan suara partai ini pada 2014 sekitar 6,79 persen. Ada kenaikan 3 juta suara dari posisi tahun 2014. Apa yang di hasilkan PKS, memutar balikkan segala ramalan dan hasil survey yang mengatakan PKS tidak akan lolos PT 4%.

PKS bersama dengan gerindra berkoalisi mengusung Prabowo. Tambahan PAN, dan Demokrat menjadikan koalisi ini diprediksi akan memenangkan pemilu 2019. Sayang, hasil berbeda. Ada kecurangan namun upaya sudah dilakukan, hasilnya kemenangan jokowi tetap di sahkan.

Gimana dengan suara gerindra?

Gerindra pun naik perolehan suaranya, namun kenaikkan gerindra tidak fenomenal jika bandingannya adalah PKS. Dengan ketokohan Prabowo, wajar jika gerindra memperoleh kenaikan suara. Namun untuk PKS, luar biasa. Mereka. Bisa mengalahkan Demokrat dan PAN yang secara senioritas sudah banyak pengalamannya.

Padahal, PKS tidak menjual tokoh sebagai brand seperti partai Demokrat bersama AHY dan SBY, PAN bersama Zulkifli Hasan’nya.

Kenapa PKS bisa melejit?

Pendukung prabowo banyak yang menjadikan PS sebagai pilihan presiden, namun untuk legislatif banyak yang melabuhkan ke PKS. Pilihannya hanya 2, kalau gak gerindra ya PKS. Untuk PAN dan Demokrat, tidak termasuk rekomendasi walaupun dalam beberapa kesempatan, justru kader2 PAN dan Demokrat yang intens membela Prabowo dalam setiap acara TV maupun forum terbuka.

Siapa yang gak kenal Faldo maldini, Ferdinand Hutahean, Jansen sitandoan. Mereka kerap tampil sebagai jubir di berbagai kesempatan maupun acara TV, pembelaan dan dukungan yang mereka lakukan sedikt banyaknya mengajak masyarakat memahami mengapa harus mendukung Prabowo.

Tapi, usaha yang mereka lakukan gak membawa keuntungan bagi perolehan suara partai. Buat mereka sendiri aja gagal, apalagi partai.

PKS boleh dikatakan beruntung saat koalisi dengan gerindra sejak pilkada DKI, membawa trend positif sejak masa suram periode yang lalu. Dengan salah satu teman, saya malah memprediksikan suara PKS bisa mencapai 2 digit depan koma. Walau hanya naik 2%, kenaikan ini menjadi spesial saat partai baru yang kuat modal ikut di dalam pemilu 2019.

Suara PKS gak terpengaruh, bahkan bisa mengambil perolehan suara dari partai lain.

PKS OPOSISI

Usai pilpres, gerindra bersama Prabowo seperti mengubah cara main. Meninggalkan cara lama (Di 2014) sebagai oposisi, dan memilih kata “penyeimbang” Dalam hubungan dengan pemerintah yang di menangkan KPU. Pertemuan demi pertemuan mereka lakukan bersama jokowi dan PDIP si pemilik jokowi.

Kedekatan gerindra membawa perubahan pada pendukung non kadernya. Sakita hati dan kecewa mereka lampiaskan dengan meramaikan jagat maya. Olok-olok pada gerindra dan PS di sebarkan. Bukan itu aja, berkonfrontasi dengan sesama pendukung pun mereka ‘jabanin’.

Akibat cinta yang berlebihan, maka membuat perih di hati saat melihar sosok yang di kagumi justru melakukan ‘perselingkuhan’.

Melihat Gerindra seperti sudah menemukan tempat yang aman, lagi2 PKS memainkan permainan cantiknya. Secara tegas mereka mengatakan setia menjadi Oposisi. Bahkan andai hanya diri mereka berada di seberang istana, mereka akan siap menjalaninya.

Cerdik, bisa memanfaatkan situasi dan akhirnya nanti mereka akan mendapatkan keuntungan lagi. Istilah orang kita bilang,

“PKS MENANG BANYAK”

Pendukung kecewa prabowo bagaimanapun juga pasti akan membutuhkan figur partai dan tokoh untuk melawan kubu sebelah. Jika perjuangan tidak mempunyai tujuan bagaimana bentuk dan harapannya, ya akan aneh nantinya.

PKS akan menerima limpahan pendukung kecewa ini. Dalam benak mereka, selalu berada di pihak oposisi. Logikanya, mereka akan mencari siapa partai yang ada di oposisi. Dan PKS mengacungkan tangan, bahwa mereka masih setia di jalannya.

Siapkah PKS menjadi idola baru oposisi?

Siap gak siap HARUS SIAP! Berbagai tuntutan dan harapan pada gerindra seperti bakalan sia2 melihat kemesraan mereka pada jokowi, PKS harus mampu mewujudkan impian yang dulu diberikan pada gerindra dan Prabowo.

Beranikah PKS membantu membebaskan rekan-rekan yang masih di penjara saat ini? Karena harapan itu, dulunya di berikan pada Prabowo. Namun, masih ada yang kecewa karena masih banyak para pejuang harus mendekam karena arogansi penguasa.

Beranikah PKS membuka wacana pengusutan kematian 700 petugas pemilu yang meninggal? Karena gerindra dan Prabowo sepertinya diam atas hal ini. Banyak relawan harus menutup mata selamanya, demi mengawal suara. Kedekatan Prabowo ke jokowi seolah tidak ada empati atas kematian relawan yang berjuang dengan taruhan nyawa.

Siapkah PKS menerima estafet perjuangan yang dulu di koarkan bersama Prabowo? Oposisi tanpa ada mufakat di belakang atas sebuah kebijakan yang mendapat respon penolakan. Karena pengalaman sudah berbicara, oposisi rentan atas sebuah tawaran. Jangan sampai kepercayaan yang diberikan harus di balas pengkhianatan.

MAMPU KAH?

Strategi politik PKS apabila benar memutuskan menjadi oposisi, adalah strategi brilian. PKS akan menjadi wadah bagi pejuang2 yang kehilangan lokomotif untuk mentukan arah. Jika kemarin PKS masih bisa mendaki jalan yang terjal, esok perjalanan PKS akan lebih kencang walau tanjakan itu dibuat berliku oleh lawannya.

Selamat buat PKS yang masih berkomitmen sampai detik ini. Semoga tidak ada godaan di tengah jalan. Jika terjadi, bahaya saat dukungan sudah di berikan.

Sip PKS..😉 الله اكبر ٧ Optimis PKS Kita bersama الله Istiqomah dlm kebenaran

(Setiawan Budi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *